Saya percaya bahwa dalam trading kita juga harus punya target. Bukan hanya penjual asuransi dan MLM saja yang punya target, trader juga harus punya. Saya mencoba meriset lewat google dan mencari-cari trader-trader yang punya blog (kebanyakan masih dari luar negeri) dan membicarakan target mereka. Dan ternyata...agak sulit mencarinya.
Tapi ada satu orang di http://alphatrends.blogspot.com, seorang swing trader yang bernama Brian Shannon yang bilang (di interview) bahwa targetnya adalah 3% sampai 5% per minggu. Berarti, dengan simple interest (tanpa compound, langsung kali 4), jadi 12% sampai 20% per bulan. Bisakah target ini saya capai juga?
Hari ini, karena market sedang sepi, saham-saham yang saya koleksi tidak bergerak kemana-mana. Bahkan, saham-saham agri turun banyak sehingga membuka entry point yang cukup sedap. Selama ini, saya masih lebih banyak kit-kit-an saja (paling rugi maksimum 1%-2% kumulatif untuk semua posisi - tadi liat portfolio). Beberapa saham yang saya beli secara emosional (contoh: BBCA, BRPT), mengurangi gain saya di saham-saham yang lebih "beralasan" - yang kebanyakan saya tulis di blog ini. Jadi, emosi itu berbahaya...
Musuh saya yang terbesar bukan pasar... tetapi diri saya sendiri yang terkadang tidak bisa menahan diri. OK, jadi kembali ke target. Berapakah target Anda? Untuk saat ini saya akan mencoba memasang target 5%-10% per bulan dulu, dimulai dari 5% saja. Potensi kerugian juga tidak boleh lebih dari 2% untuk setiap trade dan 6% untuk semua posisi open. Kalau loss uda 6%, jual semua open position, dan tidur sampai bulan depan. Untunglah saham-saham "judi" saya biasanya saya beli dengan maksimum 10% dari modal. Saya akan membatasi lagi untuk hanya menggunakan 5% dari modal untuk saham-saham "roller coaster". Coba kalau tidak? Mungkin semua gain saya akan diambil loss yang besar.
Satu lagi, jangan pernah menggunakan fasilitas margin, sebab itu adalah pedang bermata dua. Juga limit, walaupun diberi oleh sekuritas dua kali lipat dari ekuitas boleh dibeli, apabila modal tidak mencukupi, lebih baik tidak dipakai, karena pasti kita akan memilih cutloss Rp.300 ribu daripada bayar utang Rp.20 juta tiga hari kemudian. Saya sudah ada pengalaman tentang hal ini. Hasilnya saya yang pinjamin. Untung akhirnya bisa keluar (BBNI). Pure luck!
Dalam teknikal analisis, sebelum yang lain-lain, perhatikan dulu tiga hal ini:
1. Trend, support, resistance (pure price)
2. Pivot point (rata-rata dari high, low, dan close)
3. Candlestick pattern
Lalu baru ditambah:
1. Bollinger Band
2. SMA 5, 20, dan EMA 50, 200, juga VMA 50
3. Jika suka, MACD dan Stochastics
Keterangan masing-masing sebagai berikut:
Trend cuma ada tiga: up, down, atau sideways.
Jangan beli kalau sedang down trend (pengalaman BBCA tidak akan terlupakan).
Kebetulan di sekuritas saya tidak bisa short. Sebenarnya jangan short sell kalau lagi trend up. Kalau memang sideways, scalping aja, dua point-dua point.
Support dan resistance itu levelnya sama aja. Lihat yang sering nempel2 dan tersentuh berkali-kali. Trader merespon level yang sama setiap level itu tersentuh. Lari dulu cepat2 kalau supportnya tembus.
Pivot point dipakai untuk trading hari berikutnya. Kalau dibuka di bawah pivot, dan berhasil bertahan (open=low) selama 30 menit pertama, dan bisa menembus pivot, beli, karena pasar sedang mengapresiasi saham tersebut. Kalau dibuka di atas pivot, limit order saja di pivot, karena kemungkinan akan menyentuh pivot dulu sebelum melanjutkan (apalagi kalau pasar lagi jelek seperti sekarang).
Candlestick lebih cepat dari indicator manapun. Ingat bentuk hammer, karena ini adalah yang terbaik jika ada di support point.
Bollinger band mengukur volatilitas. Lebar=volatilitas tinggi, sempit=volatilitas rendah. Volatilitas tinggi dan rendah saling sambut menyambut. Bollinger band juga adalah pengukur harga relatif terhadap waktu. Harus dipelajari lebih lanjut karena walaupun kelihatan simple, sebenarnya BB ini cukup rumit dan menarik. BB bagus kalau digambar bareng-bareng candlestick.
SMA 5 untuk lihat arah jangka sangat pendek (seminggu).
SMA 20 sebulan.
EMA 50 satu kuartal.
EMA 200 hampir satu tahun.
VMA 50 untuk mengukur volume tinggi atau rendah.
MACD dan stochastic, saya sendiri tidak mengerti cara hitungnya dan hubungannya apa... jadi, ini buat gaya-gayaan saja. Lagipula, MACD vs candlestick pasti lebih cepat candlestick, dan stochastic suka ngaco kalau lagi trending (baik up maupun down), bahkan sering keduluan atau telat juga, dan rawan sekali untuk interpretasi macam-macam.
Gaya trading paling enak seperti ini:
1. Beli waktu trend lagi naik (berarti sekarang mustinya 90% cash - Hmm... saya sendiri cuma 10% cash...)
2. Tahan gain selama mungkin (tapi 10% cash gara2 ini tidak apa2 mungkin)
3. Cutloss ASAP (makanya masih kit, kalau nggak? habis!)
4. 2 dan 3 jangan pernah kebalik. Jangan: realisasi gain terlalu cepat, dan hold loss terlalu lama. Saya sudah lihat orang seperti ini dan susah dibilangin (contoh: masih pegang TLKM). Jangan!
Kata orang, keledai tidak masuk lubang yang sama dua kali. Buat catatan atau jurnal. Saya melihat saya baru melakukan dua kali kesalahan yang sama. Jadi, saya mungkin lebih bodoh dari keledai...?
Belajar Bitcoin - DAY 2: Siapa yang bertanggung jawab?
-
Pasti kita semua bertanya :
Siapa yang bertanggung jawab atas Bitcoin?
Siapa yang mengelolanya?
Bagaimana organisasinya?
Siapa yang bertanggung jawab?
...
9 bulan yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar